Rabu, 19 Oktober 2016

            Ulama Nusantara: Generasi Penerus Perkembangan Islam di Nusantara(11)


H.O.S COKROAMINOTO
Nama lengkapnya Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto lahir di Desa Bukur Madiun, Jawa Timur, 16 Agustus 1882 dan meninggal di Yogyakarta, 17 Desember 1934 pada usia 52 tahun adalah seorang pemimpin organisasi Sarekat Islam (SI) di Indonesia. Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara. Kakeknya, RM Adipati Tjokronegoro adalah seorang bupati di Ponorogo, Jawa Timur, sedangkan ayahnya, Raden Mas Tjokroamiseno adalah wedana distrik Kleco, Madiun. Ia secara formal tak pernah nyantri, sekolah ditempuhnya dengan sistem pendidikan barat. Karena itu, ia menguasai bahasa Inggris dan Belanda.
Pendidikan dasarnya ditempuh di Madiun, disekolah Belanda. Kemudian pendidikan lanjutnya ia tempuh di OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren “Sekolah Pendidikan untuk Pegawai Pribumi”) di Magelang (1902). Di OSVIA, lama pendidikan adalah 5 tahun dan bahasa pengantarnya adalah bahasa Belanda. Sekolah ini tidak saja terbuka bagi anak-anak golongan priyai, tetapi terbuka juga bagi anak-anak golongan biasa yang ingin memasuki dinas pangreh praja. Setelah lulus dari OSVIA, pada tahun 1902 sampai 1905 Tjokroaminoto menjadi juru tulis patih di Ngawi (Jawa Timur), kemudian menjadi patih (pejabat dalam lingkungan pegawai negara pribumi), pembantu utama pada seorang bupati (regent). Pada bulan September 1905 ia minta berhenti dari jabatan. Alasannya, karena ia merasa tidak puas dalam kehidupan kepegawaian, tidak banyak menggembirakan hati dan terus-menerus berjongkok dan menyembah. Tak lama setelah ia menikah dengan Suharsikin, putri dari patih Ponorogo.
Merasa sulit berkembang di kota Semarang, beliau kemudian memutuskan pindah ke Surabaya. Di kota Surabaya ini beliau bekerja pada sebuah firma yang bernama Kooy & Co, antara tahun 1907-1910. Disamping bekerja, beliau juga tidak lupa meluangkan waktu untuk menambah ilmu pengetahuannya. Beliau melanjutkan pendidikan di sekolah B.A.S (Burgerlijke Avond School). B.A.S adalah sebuah pendidikan teknik yang diadakan pada malam hari, beliau mengambil jurusan mesin. Setelah menamatkan sekolahnya di B.A.S, agaknya Tjokroaminoto sudah tidak tertarik lagi untuk meneruskan pekerjaannya di perusahaan Firma Kooy & Co. Kemudian beliau berhenti dan bekerja sebagai Learning Machinis (magang ahli mesin) selama satu tahun lamanya, yaitu dari tahun 1911 sampai 1912. Kemudian beliau pindah bekerja lagi ke sebuah pabrik gula, di daerah Rogojampi, di dekat kota Surabaya sebagai seorang Chemiker ahli kimia analisis.
Selain sebagai pegawai swasta, dirumahnya juga Cokroaminoto menerima kos-kosan yang dikelola oleh istrinya yaitu Soeharsikin dengan membuka rumahnya untuk indekost para pelajar di Surabaya. Pelajar yang indekost di rumah Tjokroaminoto sekitar 20 orang. Setiap orang membayar Rp 11. Istri Tjokroaminoto, Soeharsikin, yang mengurus keuangan mengenai rumah indekos tersebut. Kebanyakan dari mereka bersekolah di M.U.L.O (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), atau H.B.S (Hollands Binnenlands School).
De Ongekroonde van Java atau "Raja Jawa Tanpa Mahkota" bernama Tjokroaminoto adalah salah satu pelopor pergerakan di indonesia dan sebagai guru para pemimpin-pemimpin besar di Indonesia. Di antara siswa yang indekost tersebut adalah Soekarno, Kartosoewiryo, Sampoerno, dan Abikoesno, Alimin dan Moesso. Mereka tidak hanya makan dan tidur di rumah Tjokroaminoto, tetapi juga berdiskusi baik dengan sesama teman maupun dengan Tjokroaminoto. Sehingga rumah Tjokroaminoto adalah ibarat kancah yang terus menerus menggembleng dan membangun ideologi kerakyatan, demokrasi, sosialisme, dan anti imperialisme. Karena rumahnya banyak disinggahi para pemuda yang sedang menyelesaikan studinya di Surabaya, Tjokroaminoto juga banyak memberikan kursus-kursus kepada mereka. Diantaranya untuk belajar agama dan juga belajar mengembangkan kemampuan berpolitik agar dapat terlepas dari cengkraman penjajah kolonial. Tjokroaminoto bertekad untuk membentuk murid-muridnya sebagai sosok manusia yang dapat meneruskan estafet perjuangan beliau dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Di tangan Tjokroaminoto lah mereka berinteraksi dengan dunia Politik. Banyak alumni rumah kos Tjokroaminoto yang kemudian tumbuh menjadi tokohtokoh besar yang mewarnai dunia pergerakan Nasional. Soekarno dengan Nasionalisme-nya kemudian mendirikan Partai Nasional Indonesia. Semaoen, Alimin, dan Musso dengan Komunisme-nya menjadi tokoh-tokoh utama Partai Komunis Indonesia, serta S.M. Kartosoewirjo dengan Islam fundamentalis-nya kemudian menjadi pemimpin Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Di rumah itu juga, tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti KH. Ahmad Dahlan dan KH. Mas Mansyur sering bertukar pikiran.
Pada bulan Mei 1912, HOS Tjokroaminoto mendirikan organisasi Sarekat Islam yang sebelumnya dikenal Serikat Dagang Islam dan terpilih menjadi ketua. Seiring perjalanannya, SI digiring menjadi partai politik setelah mendapatkan status Badan Hukum pada 10 September 1912 oleh pemerintah yang saat itu dikontrol oleh Gubernur Jenderal Idenburg. SI kemudian berkembang menjadi parpol dengan keanggotaan yang tidak terbatas pada pedagang dan rakyat Jawa-Madura saja. Kesuksesan SI ini menjadikannya salah satu pelopor partai Islam yang sukses saat itu.
Salah satu trilogi darinya yang termasyhur adalah Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat. Ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan. Dari berbagai muridnya yang paling ia sukai adalah Soekarno hingga ia menikahkan Soekarno dengan anaknya yakni Siti Oetari, istri pertama Soekarno. Pesannya kepada Para murid-muridnya ialah "Jika kalian ingin menjadi Pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator". Perkataan ini membius murid-muridnya hingga membuat Soekarno setiap malam berteriak belajar pidato hingga membuat kawannya, MusoAliminKartosuwiryoDarsono, dan yang lainnya terbangung dan tertawa menyaksikannya.
Diantara karya intelektual Tjokroaminoto, baik yang berupa buku maupun dalam bentuk lainnya adalah sebagai berikut:
a.       Tarikh Agama Islam (1963). Buku ini diterbitkan oleh penggalian dan penghimpunan Sejarah Revolusi Indonesia, Jakarta, 1963. Buku ini ditulis berdasarkan literatur diantaranya: The Spirit Of Islam, karya Amir Ali, dan The Ideal of Prophet.
b.      Islam dan Sosialisme (1924). Buku ini merupakan Magnum Opus Tjokroaminoto, yang ditulis di Mataram pada bulan November 1924, dan diterbitkan oleh penerbit Bulan Bintang Jakarta.
c.       Reglament Umum Bagi Umat Islam (1934). Karya ini selesai ditulis pada tanggal 4 Februari 1934, dan disahkan oleh kongres PSII di Banjarnegara pada tanggal 20-26 Mei 1934 yang mengupas tenang Akhlaq, Aqidah, Perkawinan, Ekonomi, Amar Ma’ruf Nahiy Munkar serta perjuangan.
d.      Kultur dan Adat Islam tahun (1933).
e.       Tafsir program dan Azaz Tandim (1965), dan beberapa majalah Islam lainnya.
Tjokroaminoto meninggal di Yogyakarta, Indonesia, pada tanggal 17 Desember 1934 pada usia 52 tahun. Ia dimakamkan di TMP Pekuncen, Yogyakarta, setelah jatuh sakit sehabis mengikuti Kongres SI di Banjarmasin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar